English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA 3


A.        MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI INDONESIA
Terdapat beberapa teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia, terutama berkenaan dengan waktu datangnya, negeri asalnya, dan pembawanya. Sarjana Belanda kebanyakan berpendapat bahwa kedatangan Islam ke Nusantara berasal dari India, diantara sarjana tersebut adalah Pijnappel dari Universitas Leiden, Moquette, Snouck Hugrojne. Menurut Hugrojne abad ke-12 adalah periode paling mungkin dari permulaan penyebaran Islam di Nusantara.
Menurut beberapa sumber sejarah dijelaskan bahwa Selat Malaka sebagai rute perdagangan yang telah lama dikenal, sebagai salah satu jalur perdagangan dari dunia Timur ke Barat disamping jalan darat.

Pada sekitar abad ke-7 dan 8, pada saat Kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya, selat Malaka sudah dimulai dilalui oleh pedagang-pedagang muslim dalam pelajarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Islam pertama kali masuk ke Indonesia adalah di Sumatera. Sedangkan Islam masuk ke Jawa waktunya di duga kuat berdasarkan batu nisan kubur Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik). Situasi politik mempercepat penyebaran Islam di Jawa, pada saat melemahnya Majapahit karena perpecahan. Bupati-bupati pesisir yang memeluk agama Islam, agama menjadi kekuasaan terbaru dalam proses perkembangan masyarakat.

B.        PERANAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA
Ada beberapa saluran proses islamisasi di Indonesia yaitu, perdagangan, perkawinan, kesenian, sufisme, dan pendidikan.
Dalam teori pendidikan dikemukakan paling tidak ada tiga hal yang ditransferkan dari si pendidik kepada si terdidik, yaitu transfer ilmu, transfer nilai, dan transfer perbuatan, dalam proses pentransferan inilah berlangsungnya pendidikan.
Disebabkan itulah proses pendidikan itu bisa berlangsung secara formal, nonformal, dan informal. Bila peraturan itu diatur, dilaksanakan dengan peraturan-peraturan yang ketat seperti, meteri pelajaran, waktu, tingkatan, umur, pendidik, sertifikat, dan sebagainya hal seperti inilah yang disebut sebagai pendidik formal. Sedangkan pendidik nonformal itu pendidikan yang diatur sedemikian rigitnya seperti yang disebutkan terdahulu. Dan pendidik informal itu jenis pendidikan yang yang lebih memberikan kepada proses pergaulan yang mendalam yang bersifat mempribadi antara si pendidik dan dengan si terdidik, seperti hubungan orang tua dengan anaknya di rumah tangga. Pada saat tertentu orang tua, tanpa disengaja dan dirancang menumbuhkan nilai-nilai (values) kepada anaknya.
Untuk mencari makna hakikat pendidikan, maka perlu dicari ciri-ciri esensial aktivitas pendidikan, sehingga dapat dipilah mana aktivitas pendidikan dan mana yang bukan, untuk itu perlu dicari unsur dasar pendidikan. Manurut pendapat Noeng Muhadjir dapat disimpulkan bahwa pendidikan dapat diteruskan sebagai aktivitas interaktif antara si pendidik dan subjek didik untuk mencapai tujuan baik dengan cara baik dalam konteks positif.
Dalam bidang kebudayaan upaya yang dilakukan oleh Sultan Agung adalah mensenyawakan unsur-unsur budaya lama dengan Islam, seperti:
1.          Grebeg
2.          Gamelan Saketan
3.          Perhitungan tahun saka (Hindu) pada mulanya berdasarkan perjalanan matahari, tahun Saka yang telah terangka 1555 saka, tidak lagi ditambah berdasarkan perhitungan matahari, melainkan dengan hitungan perjalanan bulan, sesuai dengan tahun hijriah.

C.        LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM AWAL DI INDONESIA
Ada beberapa lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di Indonesia
a.    Masjid dan Langgar
Masjid fungsi utamanya adalah untuk tempat shalat yang lima waktu ditambah dengan sekali seminggu dilaksanakan shalat jum’at dan dua kali setahun dilaksanakan shalat hari raya Idul fitri dan Idul Adha. Selain dari masjid ada juga tempat ibadah yang disebut langgar, bentuknya lebih kecil dari masjid dan digunakan hanya tempat shalat lima waktu, bukan untuk tempat shalat jum’at.
Selain dari fungsi utama masjid dan langgar difungsikan juga untuk tempat pendidikan. Di tempat ini dilakukan pendidikan buat oreng dewasa adalah penyampaian-penyampaian ajaran Islam oleh mubaligh kepada para jama’ah dalam bidang yang berkenaan dengan akidah, ibadah dan akhlak.
2.    Pesantren
Ditinjau dari segi sejarah, belum ditemukan data sejarah, kapan pertama sekali berdirinya pesantren, ada pendapat mengatakan bahwa pesantren telah tumbuh sejak awal masuknya Islam ke Indonesia, sementara yang lain berpendapat bahwa pesantren baru muncul pada masa Walisongo dan Maulana Malik Ibrahim dipandang senangi orang yang pertama mendirikan pesantren.
Inti dari pesantren itu adalah pendidikan ilmu agama, dan sikap beragama. Karenanya mata pelajaran yang diajarkan semata-mata pelajaran agama. Pada tingkat dasar anak didik baru diperkenalkan tentang dasar agama, dan Al-Qur’an Al-Karim. Setelah berlangsung beberapa lama pada saat anak didik telah memiliki kecerdasan tertentu, maka mulailah diajarkan kitab-kitab klasik. Kitab-kitab klasik ini juga diklasifikasikan menjadi tingkat dasar, tingkat menengah dan tinggi.
3.    Meunasah, Rangkang dan Dayah
Secara epistemologi meunasah berasal dari perkataan madrasah, tempat belajar atau sekolah. Ditinjau dari segi pendidikan awal bagi anak-anak yang dapat disamakan dengan tingkatan sekolah dasar. Dimeunasah diajarkan menulis, membaca huruf arab, almu agama dan ilmu bahasa Jawi, akhlak.
Rangkang adalah tempat tinggal murid, yang dibangun disekitar masjid. Menurut Qanun Meukuta Alam, dalam tiap-tiap kampung harus ada satu meunasah. Masjid berfungsi sebagai tempat kegiatan pendidikan. Pendidikan di Rangkang ini terpusat kepada pendidikan agama, disini telah diajarkan kitab-kitab yang berbahasa arab, Tingkat pendidikan ini jika dibandingkan dengan sekolah saat sekarang setingkat sekolah lanjutan pertama.
Sistem pendidikan di Rangkang ini sama dengan sistem pendidikan di Pesantren, murid-murid duduk membentuk lingkaran dan guru menerangkan pelajaran, berbentuk halakah, metode yang disampaikan di dunia pesantren disebut dengan wetonan dan sorogan.
Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah. Kata zawiyah pada mulanya merujuk kepada sudut dari satu bangunan, dan sering di kaitkan dengan masjid. Disudut masjid itu terjadi proses pendidikan antada pendidik dengan terdidik. Selanjutnya zawiyah dikaitkan tarekat-tarekat sufi, dimana seorang syekh atau mursyid melakukan kegiatan pendidikan kaum sufi.
Hasjmi menjelaskan tentang dayah adalah sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan mata pelajaran agama yang brsumber dari bahasa arab, misalnya fiqih, bahasa Arab, Tauhid, tasawuf, dll, tingkat pendidikannya adalah sama dengan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
4.    Surau
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, surau diartikan tempat (rumah) umat Islam melakukan ibadahnya (bersembahyang, mengaji, dan sebagainya) pengertian ini apabila dirinci mempunyai arti bahwa surau berati suatu tempat bengunan kecil untuk tempat shalat, tempat belajar mengaji anak-anak, tempat wirid (pengajian agama) bagi orang dewasa.
Perkataan surau menyebar luas di Indonesia dan Malaysia, yang dalam kehidupan keseharian adalah suatu bangunan kecil yang penggunaan utamanya untuk shalat berjamaah bagi masyarakat sekitar.
Surau berfungsi sebagai lembaga sosial budaya, adalah fungsinya sebagai tempat pertemuan para pemuda dalam upaya mensosialisasikan diri mereka. Selain dari itu surau juga berfungsi sebagai tempat bersinggahan dan peristirahatan para musafir yang sedang menempuh perjalanan.
Sistem pendidikan di surau banyak kemiripannya dengan sistem pendidikan di Pesantren. Murid tidak terikat dengan sistem administrasi yang ketat, Syekh atau Guru mengajar dengan metode bandongan dan sorogan, ada juga murid yang berpindah ke surau lain apabila dia telah merasa cukup memperoleh ilmu disurau terdahulu.

D.        PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN BELANDA DAN JEPANG
VOC telah mendirikan sekolah pertama kali di Ambon pada tahun 1607. Tujuan dari didirikannya sekolah ini tidak lepas dari semangat keberagamaan orang-orang Belanda yang Protestan berhadapan dengan paham keagamaan Katolik yang dianut oleh Portugis.
Tujuan utama mendirikan sekolah-sekolah ini adalah untuk melenyapkan agama Katolik dengan menyebarkan Protestan.
Dijakarta, sekolah pertama yang didirikan pada 1617, tahun 1636 sudah menjadi 3 sekolah. Tujuan sekolah ini didirikan untuk mencetak tenaga kerja yang komponen pada VOC.
JUMLAH GURU, SEKOLAH DAN MURID

No.
Lokasi
Guru
Sekolah
Murid
1
Ternate
5
2
54
2
Makyan
1
1
12
3
Batsyan
1
1
12
4
Celebes
7
6
220
5
Tagulanda
3
2
148
6
Syaw (kep. Sangir)
4
4
263
7
Sangir
12
11
319
8
Ciburuang (Kaburang=Kaburuan) di Kep. Talaud
1
2
29

Jumlah
34
29
1.057

Dalam bidang pendidikan agama pemerintah Hindia Belanda, mempunyai sikap netral terhadap pendidikan agama di sekolah-sekolah umum, ini dinyatakan dalam pasal 179 (2) I.S (Indische Staatsregeling) dan dalam beberapa ordonansi yang secara singkatnya sebagai berikut :
Pengajaran umum adalah netral, artinya bahwa pengajaran itu diberikan dengan menghormati keyakinan agama hanya boleh diluar jam sekolah.
Bila diklasifikasikan bentuk dan jenis lembaga pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda pada awal dan pertengahan abad ke-20, adalah:
1.       Lembaga pendidikan pesantren yang masih berpegang secara utuh kepada budaya dan tradisi pesantren, yakni mengajarkan kitab-kitab klasik semata-mata.
2.       Lembaga pendidikan sekolah-sekolah Islam, di lembaga ini disamping mengajarkan ilmu-ilmu umum sebagai materi pokoknya, juga mengajarkan ilmu-ilmu agama.
3.       Lembaga pendidikan madrasah, lembaga ini adalah mencoba mengadopsi sistem pesantren dan sekolah, dengan menampilkan sistem baru. Ada pula unsur-unsur yang diambil dari sekolah.
Pendidikan pada masa Jepang di Indonesia, memperlihatkan gambaran yang buruk, bila dibandingkan dengan masa pemerintahan Belanda. Sebagai gambaran adalah, jumlah sekolah dasar dari 21.500 menurun menjadi 13.500, sekolah lanjutan dari 850 menjadi 20. Perguruan tinggi terdiri dari 4 buah, tidak dapat melakukan kegiatannya. Jumlah murid sekolah dasar merosot 30%, sekolah menengah 90%. Guru sekolah dasar berkurang 35%, guru sekolah menegah aktif sekitar 5%.
Kebijakan Jepang dalam pendidikan Islam ini adalah, pada tingkat rendah Jepang merasa puas tidak mengawasinya secara langsung, berbeda dengan tingkat lanjutan, sekolah guru dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi untuk diawasi dan diatur oleh mereka sendiri. Diantara aturan-aturan yang ditegaskan pemerintah Jepang dalam bidang pendidikan Islam adalah pada tahun 1943 melarang pengajaran agama yang tidak wajib di sekolah-sekolah lanjutan negeri. Selanjutnya dibulan yang sama didirikanlah organisasi yang bernama Pergaboengan Goeroe Islam Indonesia, sebuah organisasi guru Islam yang dibentuk oleh pemerintah Jepang.

E.         LATAR BELAKANG PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Timbulnya pembaruan pemikiran Islam di Indonesia baik dalam bidang agama, sosial dan pendidikan diawali dan dilatar belakangi oleh pembaruan pemikiran Islam yang timbul di belahan dunia Islam lainnya, terutama diawali oleh pembaruan pemikiran Islam yang timbul di Mesir, turki dan India. Latar belakang pembaruan yang timbul di Mesir dimulai sejak kedatangan Napoleon ke Mesir.
Latar belakang pembaruan pendidikan Islam di Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama pembaruan yang bersumber dari ide-ide yang muncul dari luar yang dibawa oleh para tokoh atau ulama yang pulang ke tanah air setelah beberapa lama bermukim di luar negeri (Mekkah, Madinah, Kairo). Ide-ide yang mereka peroleh di perantauan itu menjadi wacana pembaruan etelah mereka kembali ke tanah air.


F.         PEMBARUAN DAN KEBANGKITAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Steenbrink, menyebutkan ada beberapa faktor pendorong bagi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad kedua puluh, yaitu :
a.       Sejak tahun 1900, telah banyak pemikiran untuk kembali ke Al-qur’an dan Sunnah yang dijadikan titik tolak untuk menilai kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada. Tema sentralnya adalah menolak taklid. Dengan kembali ke Al-Qur’an dan sunnah mengakibatkan perubahan dalam bermacam-macam kebiasaan agama.
b.      Sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial Belanda.
c.       Adanya usaha-usaha dari umat Islam untuk memperkuat organisasinya di bidang sosial-ekonomi.
d.      Pembaruan pendidikan Islam. Dalam bidang ini cukup banyak orang dan organisasi Islam, tidak puas dengan metode tradisional dalam mempelajari Qur’an dan studi agama.
Masuknya ide-ide pembaruan pemikiran Islam ke Indonesia, sangat besar pengaruhnya bagi terealisasinya pembaruan pendidikan.
Pembaruan pendidikan Islam di Indonesia ini dimulai dengan munculnya Sekolah Adabiyah. Sekolah ini adalah setara sekolah HIS, yang didalamnya agama dan Qur’an diajarkan secara wajib. Dalam tahun 1915, sekolah ini menerima subsidi dari pemerintah dan mengganti namanya menjadi Hollandsch Maleische School Adabiyah.

G.       LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PEMBARUAN
Lembaga pendidikan Islam yang muncul di Indonesia, untuk menyahuti ide pembaruan itu adalah madrasah. Madrasah yang dalam bahasa Indonesia ekuivalen dengan sekolah. Di dunia Islam perkataan madrasah sudah lama dikenal, misalnya madrasah yang didirikan oleh Nuruddin. Zinki penguasa Syiria dan Mesir. Beliaulah yang mula-mula mendirikan madrasah di Damaskus. Tidak kalah terkenalnya juga madrasah yang didirikan oleh Nizamul Mulk.
Masuknya ide-ide pembaruan pemikiran Islam di Indonesia menginspirasi para pembaru untuk mengadopsi nama madrasah sebagai nama sebuah lembaga pendidikan Islam yang telah disemangati oleh semangat baru.

H.        CIRI-CIRI PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PEMBARUAN
Ada beberapa indikasi pendidikan Islam sebelum dimasuki oleh ide-ide pembaruan :
1.       Pendidikan yang bersifat non klasikal. Pendidikan ini tidak dibatasi atau ditentukan lamanya belajar seseorang berdasarkan tahun. Jadi seseorang bisa tinggal disuatu pesantren, satu tahun atau dua tahun, atau boleh jadi beberapa bulan saja, bahkan mungkin juga belasan tahun.
2.       Mata pelajaran adalah semata-mata pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Tidak ada diajarkan mata pelajaran umum.
3.       Metode yang digunakan adalah metode sorogan, wetonan, hafalan dan muzakarah.
4.       Tidak mementingkan ijazah sebagai bukti yang bersangkutan telah menyelesaikan atau menamatkan pelajarannya.
5.       Tradisi kehidupan pesantren amat dominan dikalangan santri dan kiai. Ciri dari tradisi itu adalah antara lain kentalnya hubungan antara kiai dan santri.

I.          DAFTAR PUSTAKA
Daulay.Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Indonesia. Kencana. 2009

0 comments :

Post a Comment

Popular Post