A. MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI INDONESIA
Terdapat beberapa teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia, terutama
berkenaan dengan waktu datangnya, negeri asalnya, dan pembawanya. Sarjana
Belanda kebanyakan berpendapat bahwa kedatangan Islam ke Nusantara berasal dari
India, diantara sarjana tersebut adalah Pijnappel dari Universitas Leiden,
Moquette, Snouck Hugrojne. Menurut Hugrojne abad ke-12 adalah periode paling mungkin
dari permulaan penyebaran Islam di Nusantara.
Menurut beberapa sumber sejarah dijelaskan bahwa Selat Malaka sebagai
rute perdagangan yang telah lama dikenal, sebagai salah satu jalur perdagangan
dari dunia Timur ke Barat disamping jalan darat.
Pada sekitar abad ke-7 dan 8, pada saat Kerajaan Sriwijaya
mengembangkan kekuasaannya, selat Malaka sudah dimulai dilalui oleh
pedagang-pedagang muslim dalam pelajarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara
dan Asia Timur.
Islam pertama kali masuk ke Indonesia adalah di Sumatera. Sedangkan
Islam masuk ke Jawa waktunya di duga kuat berdasarkan batu nisan kubur Fatimah
binti Maimun di Leran (Gresik). Situasi politik mempercepat penyebaran Islam di
Jawa, pada saat melemahnya Majapahit karena perpecahan. Bupati-bupati pesisir
yang memeluk agama Islam, agama menjadi kekuasaan terbaru dalam proses
perkembangan masyarakat.
B.
PERANAN PENDIDIKAN
ISLAM DALAM PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA
Ada beberapa saluran proses islamisasi di Indonesia yaitu, perdagangan,
perkawinan, kesenian, sufisme, dan pendidikan.
Dalam teori pendidikan dikemukakan paling tidak ada tiga hal yang
ditransferkan dari si pendidik kepada si terdidik, yaitu transfer ilmu,
transfer nilai, dan transfer perbuatan, dalam proses pentransferan inilah
berlangsungnya pendidikan.
Disebabkan itulah proses pendidikan itu bisa berlangsung secara formal,
nonformal, dan informal. Bila peraturan itu diatur, dilaksanakan dengan
peraturan-peraturan yang ketat seperti, meteri pelajaran, waktu, tingkatan,
umur, pendidik, sertifikat, dan sebagainya hal seperti inilah yang disebut
sebagai pendidik formal. Sedangkan pendidik nonformal itu pendidikan yang
diatur sedemikian rigitnya seperti yang disebutkan terdahulu. Dan pendidik
informal itu jenis pendidikan yang yang lebih memberikan kepada proses
pergaulan yang mendalam yang bersifat mempribadi antara si pendidik dan dengan
si terdidik, seperti hubungan orang tua dengan anaknya di rumah tangga. Pada
saat tertentu orang tua, tanpa disengaja dan dirancang menumbuhkan nilai-nilai
(values) kepada anaknya.
Untuk mencari makna hakikat pendidikan, maka perlu dicari ciri-ciri
esensial aktivitas pendidikan, sehingga dapat dipilah mana aktivitas pendidikan
dan mana yang bukan, untuk itu perlu dicari unsur dasar pendidikan. Manurut
pendapat Noeng Muhadjir dapat disimpulkan bahwa pendidikan dapat diteruskan
sebagai aktivitas interaktif antara si pendidik dan subjek didik untuk mencapai
tujuan baik dengan cara baik dalam konteks positif.
Dalam bidang kebudayaan upaya yang dilakukan oleh Sultan Agung adalah
mensenyawakan unsur-unsur budaya lama dengan Islam, seperti:
1.
Grebeg
2.
Gamelan Saketan
3.
Perhitungan tahun saka
(Hindu) pada mulanya berdasarkan perjalanan matahari, tahun Saka yang telah
terangka 1555 saka, tidak lagi ditambah berdasarkan perhitungan matahari,
melainkan dengan hitungan perjalanan bulan, sesuai dengan tahun hijriah.
C.
LEMBAGA-LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM AWAL DI INDONESIA
Ada beberapa
lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di Indonesia
a. Masjid dan Langgar
Masjid fungsi utamanya adalah untuk tempat shalat yang lima waktu
ditambah dengan sekali seminggu dilaksanakan shalat jum’at dan dua kali setahun
dilaksanakan shalat hari raya Idul fitri dan Idul Adha. Selain dari masjid ada
juga tempat ibadah yang disebut langgar, bentuknya lebih kecil dari masjid dan
digunakan hanya tempat shalat lima waktu, bukan untuk tempat shalat jum’at.
Selain dari fungsi utama masjid dan langgar difungsikan juga untuk
tempat pendidikan. Di tempat ini dilakukan pendidikan buat oreng dewasa adalah
penyampaian-penyampaian ajaran Islam oleh mubaligh kepada para jama’ah dalam
bidang yang berkenaan dengan akidah, ibadah dan akhlak.
2. Pesantren
Ditinjau dari segi sejarah, belum ditemukan data sejarah, kapan pertama
sekali berdirinya pesantren, ada pendapat mengatakan bahwa pesantren telah
tumbuh sejak awal masuknya Islam ke Indonesia, sementara yang lain berpendapat
bahwa pesantren baru muncul pada masa Walisongo dan Maulana Malik Ibrahim
dipandang senangi orang yang pertama mendirikan pesantren.
Inti dari pesantren itu adalah pendidikan ilmu agama, dan sikap
beragama. Karenanya mata pelajaran yang diajarkan semata-mata pelajaran agama.
Pada tingkat dasar anak didik baru diperkenalkan tentang dasar agama, dan
Al-Qur’an Al-Karim. Setelah berlangsung beberapa lama pada saat anak didik
telah memiliki kecerdasan tertentu, maka mulailah diajarkan kitab-kitab klasik.
Kitab-kitab klasik ini juga diklasifikasikan menjadi tingkat dasar, tingkat
menengah dan tinggi.
3. Meunasah, Rangkang dan Dayah
Secara epistemologi meunasah berasal dari perkataan madrasah, tempat
belajar atau sekolah. Ditinjau dari segi pendidikan awal bagi anak-anak yang
dapat disamakan dengan tingkatan sekolah dasar. Dimeunasah diajarkan menulis,
membaca huruf arab, almu agama dan ilmu bahasa Jawi, akhlak.
Rangkang adalah tempat tinggal murid, yang dibangun disekitar masjid.
Menurut Qanun Meukuta Alam, dalam tiap-tiap kampung harus ada satu meunasah.
Masjid berfungsi sebagai tempat kegiatan pendidikan. Pendidikan di Rangkang ini
terpusat kepada pendidikan agama, disini telah diajarkan kitab-kitab yang
berbahasa arab, Tingkat pendidikan ini jika dibandingkan dengan sekolah saat
sekarang setingkat sekolah lanjutan pertama.
Sistem pendidikan di Rangkang ini sama dengan sistem pendidikan di Pesantren,
murid-murid duduk membentuk lingkaran dan guru menerangkan pelajaran, berbentuk
halakah, metode yang disampaikan di dunia pesantren disebut dengan wetonan dan
sorogan.
Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah. Kata zawiyah pada mulanya
merujuk kepada sudut dari satu bangunan, dan sering di kaitkan dengan masjid.
Disudut masjid itu terjadi proses pendidikan antada pendidik dengan terdidik.
Selanjutnya zawiyah dikaitkan tarekat-tarekat sufi, dimana seorang syekh atau
mursyid melakukan kegiatan pendidikan kaum sufi.
Hasjmi menjelaskan tentang dayah adalah sebuah lembaga pendidikan yang
mengajarkan mata pelajaran agama yang brsumber dari bahasa arab, misalnya
fiqih, bahasa Arab, Tauhid, tasawuf, dll, tingkat pendidikannya adalah sama
dengan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
4. Surau
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, surau diartikan tempat (rumah) umat Islam
melakukan ibadahnya (bersembahyang, mengaji, dan sebagainya) pengertian ini
apabila dirinci mempunyai arti bahwa surau berati suatu tempat bengunan kecil untuk
tempat shalat, tempat belajar mengaji anak-anak, tempat wirid (pengajian agama)
bagi orang dewasa.
Perkataan surau menyebar luas di Indonesia dan Malaysia, yang dalam
kehidupan keseharian adalah suatu bangunan kecil yang penggunaan utamanya untuk
shalat berjamaah bagi masyarakat sekitar.
Surau berfungsi sebagai lembaga sosial budaya, adalah fungsinya sebagai
tempat pertemuan para pemuda dalam upaya mensosialisasikan diri mereka. Selain
dari itu surau juga berfungsi sebagai tempat bersinggahan dan peristirahatan
para musafir yang sedang menempuh perjalanan.
Sistem pendidikan di surau banyak kemiripannya dengan sistem pendidikan
di Pesantren. Murid tidak terikat dengan sistem administrasi yang ketat, Syekh
atau Guru mengajar dengan metode bandongan dan sorogan, ada juga murid yang
berpindah ke surau lain apabila dia telah merasa cukup memperoleh ilmu disurau
terdahulu.
D.
PENDIDIKAN ISLAM
PADA MASA PEMERINTAHAN BELANDA DAN JEPANG
VOC telah mendirikan sekolah
pertama kali di Ambon pada tahun 1607. Tujuan dari didirikannya sekolah ini
tidak lepas dari semangat keberagamaan orang-orang Belanda yang Protestan
berhadapan dengan paham keagamaan Katolik yang dianut oleh Portugis.
Tujuan utama mendirikan
sekolah-sekolah ini adalah untuk melenyapkan agama Katolik dengan menyebarkan
Protestan.
Dijakarta, sekolah pertama yang
didirikan pada 1617, tahun 1636 sudah menjadi 3 sekolah. Tujuan sekolah ini
didirikan untuk mencetak tenaga kerja yang komponen pada VOC.
JUMLAH GURU, SEKOLAH DAN MURID
No.
|
Lokasi
|
Guru
|
Sekolah
|
Murid
|
1
|
Ternate
|
5
|
2
|
54
|
2
|
Makyan
|
1
|
1
|
12
|
3
|
Batsyan
|
1
|
1
|
12
|
4
|
Celebes
|
7
|
6
|
220
|
5
|
Tagulanda
|
3
|
2
|
148
|
6
|
Syaw (kep. Sangir)
|
4
|
4
|
263
|
7
|
Sangir
|
12
|
11
|
319
|
8
|
Ciburuang (Kaburang=Kaburuan) di Kep. Talaud
|
1
|
2
|
29
|
Jumlah
|
34
|
29
|
1.057
|
Dalam bidang pendidikan agama
pemerintah Hindia Belanda, mempunyai sikap netral terhadap pendidikan agama di
sekolah-sekolah umum, ini dinyatakan dalam pasal 179 (2) I.S (Indische
Staatsregeling) dan dalam beberapa ordonansi yang secara singkatnya sebagai berikut
:
Pengajaran umum adalah netral,
artinya bahwa pengajaran itu diberikan dengan menghormati keyakinan agama hanya
boleh diluar jam sekolah.
Bila diklasifikasikan bentuk dan
jenis lembaga pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda pada awal dan pertengahan
abad ke-20, adalah:
1.
Lembaga pendidikan
pesantren yang masih berpegang secara utuh kepada budaya dan tradisi pesantren,
yakni mengajarkan kitab-kitab klasik semata-mata.
2.
Lembaga pendidikan
sekolah-sekolah Islam, di lembaga ini disamping mengajarkan ilmu-ilmu umum
sebagai materi pokoknya, juga mengajarkan ilmu-ilmu agama.
3.
Lembaga pendidikan
madrasah, lembaga ini adalah mencoba mengadopsi sistem pesantren dan sekolah,
dengan menampilkan sistem baru. Ada pula unsur-unsur yang diambil dari sekolah.
Pendidikan pada masa Jepang di
Indonesia, memperlihatkan gambaran yang buruk, bila dibandingkan dengan masa
pemerintahan Belanda. Sebagai gambaran adalah, jumlah sekolah dasar dari 21.500
menurun menjadi 13.500, sekolah lanjutan dari 850 menjadi 20. Perguruan tinggi
terdiri dari 4 buah, tidak dapat melakukan kegiatannya. Jumlah murid sekolah
dasar merosot 30%, sekolah menengah 90%. Guru sekolah dasar berkurang 35%, guru
sekolah menegah aktif sekitar 5%.
Kebijakan Jepang dalam pendidikan Islam
ini adalah, pada tingkat rendah Jepang merasa puas tidak mengawasinya secara
langsung, berbeda dengan tingkat lanjutan, sekolah guru dan lembaga-lembaga
pendidikan tinggi untuk diawasi dan diatur oleh mereka sendiri. Diantara
aturan-aturan yang ditegaskan pemerintah Jepang dalam bidang pendidikan Islam
adalah pada tahun 1943 melarang pengajaran agama yang tidak wajib di
sekolah-sekolah lanjutan negeri. Selanjutnya dibulan yang sama didirikanlah
organisasi yang bernama Pergaboengan Goeroe Islam Indonesia, sebuah organisasi
guru Islam yang dibentuk oleh pemerintah Jepang.
E.
LATAR BELAKANG
PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Timbulnya pembaruan pemikiran Islam
di Indonesia baik dalam bidang agama, sosial dan pendidikan diawali dan dilatar
belakangi oleh pembaruan pemikiran Islam yang timbul di belahan dunia Islam
lainnya, terutama diawali oleh pembaruan pemikiran Islam yang timbul di Mesir,
turki dan India. Latar belakang pembaruan yang timbul di Mesir dimulai sejak
kedatangan Napoleon ke Mesir.
Latar belakang pembaruan pendidikan
Islam di Indonesia dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama pembaruan yang
bersumber dari ide-ide yang muncul dari luar yang dibawa oleh para tokoh atau
ulama yang pulang ke tanah air setelah beberapa lama bermukim di luar negeri
(Mekkah, Madinah, Kairo). Ide-ide yang mereka peroleh di perantauan itu menjadi
wacana pembaruan etelah mereka kembali ke tanah air.
F.
PEMBARUAN DAN
KEBANGKITAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Steenbrink, menyebutkan ada
beberapa faktor pendorong bagi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia pada
permulaan abad kedua puluh, yaitu :
a.
Sejak tahun 1900, telah
banyak pemikiran untuk kembali ke Al-qur’an dan Sunnah yang dijadikan titik
tolak untuk menilai kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada. Tema sentralnya
adalah menolak taklid. Dengan kembali ke Al-Qur’an dan sunnah mengakibatkan
perubahan dalam bermacam-macam kebiasaan agama.
b.
Sifat perlawanan nasional
terhadap penguasa kolonial Belanda.
c.
Adanya usaha-usaha dari
umat Islam untuk memperkuat organisasinya di bidang sosial-ekonomi.
d.
Pembaruan pendidikan Islam.
Dalam bidang ini cukup banyak orang dan organisasi Islam, tidak puas dengan
metode tradisional dalam mempelajari Qur’an dan studi agama.
Masuknya ide-ide pembaruan
pemikiran Islam ke Indonesia, sangat besar pengaruhnya bagi terealisasinya
pembaruan pendidikan.
Pembaruan pendidikan Islam di Indonesia
ini dimulai dengan munculnya Sekolah Adabiyah. Sekolah ini adalah setara
sekolah HIS, yang didalamnya agama dan Qur’an diajarkan secara wajib. Dalam
tahun 1915, sekolah ini menerima subsidi dari pemerintah dan mengganti namanya
menjadi Hollandsch Maleische School Adabiyah.
G.
LEMBAGA PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA PEMBARUAN
Lembaga pendidikan Islam yang
muncul di Indonesia, untuk menyahuti ide pembaruan itu adalah madrasah.
Madrasah yang dalam bahasa Indonesia ekuivalen dengan sekolah. Di dunia Islam
perkataan madrasah sudah lama dikenal, misalnya madrasah yang didirikan oleh
Nuruddin. Zinki penguasa Syiria dan Mesir. Beliaulah yang mula-mula mendirikan
madrasah di Damaskus. Tidak kalah terkenalnya juga madrasah yang didirikan oleh
Nizamul Mulk.
Masuknya ide-ide pembaruan pemikiran
Islam di Indonesia menginspirasi para pembaru untuk mengadopsi nama madrasah
sebagai nama sebuah lembaga pendidikan Islam yang telah disemangati oleh
semangat baru.
H.
CIRI-CIRI PENDIDIKAN
ISLAM PADA MASA PEMBARUAN
Ada beberapa indikasi pendidikan
Islam sebelum dimasuki oleh ide-ide pembaruan :
1.
Pendidikan yang bersifat
non klasikal. Pendidikan ini tidak dibatasi atau ditentukan lamanya belajar
seseorang berdasarkan tahun. Jadi seseorang bisa tinggal disuatu pesantren,
satu tahun atau dua tahun, atau boleh jadi beberapa bulan saja, bahkan mungkin
juga belasan tahun.
2.
Mata pelajaran adalah
semata-mata pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Tidak ada
diajarkan mata pelajaran umum.
3.
Metode yang digunakan
adalah metode sorogan, wetonan, hafalan dan muzakarah.
4.
Tidak mementingkan ijazah
sebagai bukti yang bersangkutan telah menyelesaikan atau menamatkan
pelajarannya.
5.
Tradisi kehidupan pesantren
amat dominan dikalangan santri dan kiai. Ciri dari tradisi itu adalah antara
lain kentalnya hubungan antara kiai dan santri.
I.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay.Haidar
Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Indonesia. Kencana. 2009
0 comments :
Post a Comment