BAB I
1. Latar belakang
Dengan membaca
dan memahami surat al-lahab agar siswa siswi dapat mengerti dan memahami isi
serta terjemahan surat al-lahab.
2. Tujuan pembahasan
Supaya siswa-siswi
bisa menghafal,dan mengerti isi dan terjemahan surat al-lahab.
BAB II
PEMBAHASAN
تَّبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهْبٍ وَتَبَّ
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
سَيَصْلَى نَاراً ذَاتَ لَهَبٍ
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
ِ فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدَ
KANDUNGAN
SURAT AL LAHAB
Ayat pertama
تَّبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهْبٍ وَتَبَّ
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa"
Abu Lahab adalah putranya Abdul Muththalib namanya Abdul ‘Uzza. Dinamakan
Abu Lahab karena ia kelak akan masuk ke dalam neraka yang memiliki lahab (api
yang bergejolak). Atas dasar inilah Allah subhanahu wata’ala menyebutnya dalam
kitab-Nya Al Quran dengan kun-yahnya (yaitu nama/julukan yang diawali dengan
Abu atau Ibnu, atau Ummu bagi perempuan), dan bukan dengan namanya. Juga karena
ia lebih tenar dengan kun-yahnya. Dan juga karena namanya disandarkan kepada
nama salah satu berhala pada zaman itu. Dia adalah salah satu paman Rasul yang
paling besar permusuhannya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sejak
dikumandangkannya dakwah mengajak beribadah hanya kepada Allah saja. Ayat ini
turun sebagai bantahan kepadanya disaat menolak dan enggan untuk mengikuti
seruan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Mungkin para pembaca bertanya-tanya, mengapa Allah hanya menyebutkan kedua
tangannya saja yang akan binasa? Jawabannya adalah seperti yang telah
dijelaskan dalam kitab tafsir Adhwa`ul Bayan, bahwa penyebutan tangan dalam
ayat ini, masuk dalam kaidah penyebutan sebagian tetapi yang dimaksudkan adalah
keseluruhannya. Hal ini diketahui dari lafazh setelahnya yaitu “Watabba”
artinya: ia (Abu Lahab) telah binasa.
Dalam ayat ini, Allah subhanahu wata’ala memaksudkan penyebutan kebinasaan
seseorang dengan mencukupkan penyebutannya pada kedua tangannya. Ya, karena
memang kedua tanganlah yang mempunyai peran besar dalam mengganggu dan
menyakiti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ayat kedua
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
“Tidaklah berfaedah (berguna) kepadanya harta bendanya dan apa yang ia
usahakan”.
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu menyebutkan: “Tatkala Rasulullah mengajak
kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah saja dan meninggalkan sesembahan
selain Allah, berkatalah Abu Lahab: “Jika apa yang dikatakan putra saudaraku
(Rasulullah) adalah benar aku akan menebus diriku dari azab yang pedih pada
hari kiamat dengan harta dan anak-anakku.” Maka turunlah firman Allah
Ta’ala (artinya): “Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang
ia usahakan” (Tafsir Ibnu Katsir)
Ketika vonis binasa telah disandangnya, maka tidak bermanfaat lagi apa
yang telah diusahakannya dari harta-benda, anak istri, kedudukan, jabatan dan
lain sebagainya dari perkara dunia ini. Allah subhanahu wata’ala menegaskan
dalam firman-Nya (artinya): “Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila
ia telah binasa.”
Ayat ketiga
سَيَصْلَى نَاراً ذَاتَ لَهَبٍ
“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.”
Kelak ia akan diliputi oleh api neraka dari segala sisinya
Ayat keempat
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.”
Istri Abu Lahab merupakan salah satu tokoh wanita Quraisy. Namanya adalah
Auraa’ bintu Harb bin Umayyah kunyahnya Ummu Jamil, saudara perempuannya Abu
Sufyan (bapaknya Muawiyyah). Sebagaimana suaminya, ia juga merupakan wanita
yang paling besar gangguan dan permusuhannya terhadap Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam. Ia dan suaminya bahu-membahu dalam permusuhan dan dosa. Ia
curahkan segenap daya dan upayanya untuk mengganggu dan memusuhi beliau
shalallahu ‘alaihi wasallam. Pernah ia membawa dahan yang penuh duri, lalu ia
tebarkan di jalan yang sering dilalui oleh Rasulullah pada waktu malam,
sehingga melukai beliau dan para shahabatnya.
Ketika mendengar turunnya ayat: “Telah celaka kedua tangan Abu Lahab.”
Ia pun datang, sambil tangannya menggenggam batu, ia mencari-cari Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam. Sementara beliau tengah duduk bersama Abu Bakr di
dekat Ka’bah. Kemudian Allah subhanahu wata’ala menutup penglihatannya sehingga
ia tidak bisa melihat kecuali Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu saja. Maka ia pun
bertanya, “Mana temanmu itu (Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam)? Telah
sampai kepadaku bahwa dia telah mengejekku dengan syair. Demi Allah, seandainya
aku menjumpainya, sungguh aku akan pukul mulutnya dengan batu ini. Ketahuilah,
demi Allah aku sendiri juga pandai bersyair.” Kemudian iapun mengucapkan
syair:Orang tercela kami tentang Urusan kami mengabaikannya Dan agamanya kami
tidak suka Lalu ia pun pergi. Maka bertanya Abu Bakr, “Wahai Rasulullah,
tidakkah engkau mengira bahwa dia melihatmu?” Kemudian beliau pun menjawab,
“Dia tidak melihatku. Allah telah menutupi pengelihatannya.”
Maka terkumpullah di punggung wanita jahat ini dosa-dosa, seolah orang
yang mengumpulkan kayu bakar yang telah mempersiapkan seutas tali di lehernya.
Atau ayat ini bermakna pula di dalam neraka wanita ini membawa kayu bakar untuk
menyiksa suaminya sambil melilitkan dilehernya seutas tali dari sabut.
Sedangkan Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Qatadah dan As-Sa’dy menafsirkan ayat ini
dengan namimah. Maksudnya istri Abu Lahab profesinya sebagai tukang fitnah. Al-Imam
Muhammad bin Sirin rahimahullah (salah seorang tokoh besar dan ulama` tabi’in)
berkata: “Istrinya Abu Lahab memfitnah Rasulullah dan para sahabatnya kepada
musyrikin.” (Fathul Bari dan Tafsir Ibnu Katsir)
Ayat kelima
فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدَ
“Yang dilehernya ada tali dari sabut.”
Al-Imam Al-Fara mengatakan: “Al-Masad adalah rantai yang ada di neraka,
dan disebut juga tali dari sabut.” (Fathul Bari)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Para pembaca yang semoga dimuliakan Allah, dalam surat
ini, ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik darinya, diantaranya:
1.
Surat ini merupakan salah
satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Dimana Allah menurunkan surat ini
dalam kondisi Abu Lahab dan istrinya masih hidup, sementara keduanya telah
divonis sebagai orang yang akan disiksa didalam api neraka, yang konsekuensinya
mereka berdua tidak akan menjadi orang yang beriman. Dan apa yang dikabarkan
Allah subhanahu wata’ala Dzat Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib pasti
terjadi.
2. Tidak berguna sedikitpun harta benda (untuk melindungi)
seseorang dari azab Allah ketika ia melakukan
perbuatan yang mendatangkan murka Allah subhanahu wata’ala.
3. Haramnya menganggu orang beriman secara mutlak.
4. Tidak bermanfaat sedikitpun hubungan kekerabatan seorang
musyrik, dimana Abu Lahab adalah pamannya
Nabi tetapi ia di dalam neraka.
DAFTAR PUSTAKA
Shodar,Mahfud. LKS (Lembar Kerja
Siswa) Actif Mata Pelajaran Quran Hadits Kelas 4 , Forum Komunikasi dan
Koordinasi Kelompok Kerja Madrasah, 2008
0 comments :
Post a Comment