A.
PENDAHULUAN
Masyarakat global saat ini secara serius dihadapkan pada pengaruh
sistem nilai sekuler dan materiali. Semua lapisan masyarakat, baik orang tua,
pendidik, agamawan kini tengah mengahdapi dilema besar dalam pendidikan, yaitu
tentang bagaimana cara terbaik untuk mendidik generasi muda dan mempersiapkan
mereka penghadapi tantangan global di masa mendatang. Dilema tentang bagaimana
memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita sekarang membutuhkan
penilaian yang jujur tengtang pentingnya pendidikan pada era globalisasi ini.
Salah sarana untuk mengakatualisasi diri adalah melalui pendidikan.
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan
manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan
hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang
satu. Ini berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah
proses pendidikan.[1]
Proses pendidikan manusia dilakukan selama kehidupan manusia itu sendiri, mulai
dari alam kandungan sampai lahir di dunia manusia telah melalui proses
pendidikan, hal ini menunjukan pentingnya pendidikan untuk meningkat kemulian
diri manusia itu sendiri. Sebagaimana Allah SWT telah jelaskan dalam Allah yang
artinya:
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (QS. al-‘alaq: 1-5)
Agar umat manusia mengetahu tentang kebesaran Allah SWT maka melalui
belajarlah kita bisa memahami dari kebesaran penciptaan dan kekuasaan Allah
SWT. Dengan perantaran pendidikan manusia akan dimuliakan oleh Allah SWT dalam
kehidupannya. Nabi Adam as mulia karena dia belajar langsung kepada Allah SWT,
sebagaimana firman Allah SWT yang artinya :
“Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar”. (QS.
al-Baqarah: 31)
Ayat ini menunjukan kepada kita bahwa belajar dan menuntut ilmu itu
sangat penting sehingga kita banyak mengetahui sesuatu yang benar. Para
Malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan dari Allah SWT karena mereka tidak
mendapat proses pendidikan dari Allah SWT, berbeda dengan Nabi Adam as yang
bisa menjawab pertanyaan dari Allah SWT karena telah diajarkan kepadanya.
Disinilah letak pentingnya pendidikan bagi umat manusia.
Al-Qur’an sebagai petunju, pembeda, penjelas dan juga syifa’ ma fis
shudur (obat dari penyakit yang ada dalam dada) pasti berbicara tentang
pendidikan. Pendidikan menyangkut kebutuhan hakiki seseorang. Ajaran yang
bersifat universal tidak mungkin secara operasional dan mendetail
memperbincangkan pendidikan yang amat mendasar ini.[2]
Berbicara tentang pendidikan, fokusnya selalu berkenaan dengan persoalan anak,
sosok manusia yang dicintai, disayangi, dan generasi yang masa depannya harus
dipersiapkan. Dalam makalah ini, penulis mencoba akan membahas tentang
pentingnya pendidikan baik kita tinjau dari pandangan al-Qur’an maupun hadits
yang membicarakan tetang penting pendidikan untuk kehidupan umat manusia menuju
pintu kemuliaan.
B.
PENTINGNYA HADITS
TARBAWI
Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life,
dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh
proses hidup dan kehiduan manusia adalah proses pendidikan maka pendidikan
Islam pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang
diharapkan tercermin dalam sikap hidup dan keterampilan hidup orang Islam.
Karena itu, pandangan hidup yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan
keterampilan hidup seseorang harus bisa mendatangkan berkah, yakni nilai
tambah, kenikmatan, dan kebahagian dalam hidup.
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkat
mutu SDM menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan sehingga disadari
bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi setiap
individu. Oleh karena itu, kagiatan pendidikan tidak dapat diabaikan begitu
saja, terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, berat
pada abad millennium ini.[3]
Dalam Islam menuntut ilmu itu wajib hukumnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw
dalam hadits yang berbunyi:
أُطلُبُ العِلمِ فَرِيضةٌ على كل مُسلمٍ والمسلمةٍ
Artinya:
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim
perempuaan” (al-Hadits)
Berdasarkan hadits tersebut, bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap
muslim. Disamping diwajibkan menuntut ilmu, hadits tersebut juga memberikan
pelajaran kepada umat Islam tentang pentingnya pendidikan untuk kemulian
hidupnya. Pendidikan merupakan salah proses untuk meningkat dan mendekatkan
diri kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Dengan pendidikan manusia lebih
mulia dan terhormat dipandangan Allah SWT dan lebih mulia dari pada mahkluk
ciptaan-Nya yang lain. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat.
Secara alamiah, manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia
mengalami proses pertumbuhan dan berkembang tahap demi tahap. Begitu pula
kejadian alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT dalam proses tingkat demi
tingkat. Dengan demikian, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana utama untuk
mengembangkan kepribadian setiap manusia dalam usaha manusia melestarikan
hidupnya.[4]
Pentingnya pendidikan telah diungkapkan beberapa tokoh pendidikan Islam
yang mengacu kepada definisi pendidikan Islam, yaitu:
Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan bahwa pendidikan Islam merupakan
suatu tuntutan dan kebutuhan mutlak umat manusia, karena (a) untuk
menyelamatkan anak-anak di dalam tubuh umat manusia pada umumnya dari ancaman.[5]
Dr. Muhammad Fadil al-Jamaly (Guru Besar Pendidikan di universitas
Tunisia) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses yang mengarahkan manusia
kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai
dengan kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuaan ajarannya (pengaruh dari luar).[6]
Esensi pendidikan yang harus dilaksankan umat Islam menurut beliau adalah
pendidikan yang memimpin manusia kea rah akhlak mulia dengan memberikan
kesempatan keterbukaan terhadap pengaruh dari dunai luar dan perkembangan dari
dalam diri manusia yang merupakan kemampuan dasar yang dilandasi oleh keimanan
kepada Allah SWT. Pandangan beliau ini didasarkan pada firman Allah SWT yang
artinya:
“Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
(QS. an-Nahl: 78)
Firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 78 tersebut mengindikasikan
kepada kita bahwa ketika kita dilahirkan tidak mengetahui sesuatupun. Maka
Allah ciptakan pada diri manusia pendengaran, penglihatan dan hati, ini semua
untuk membantu manusia dalam proses pendidikan. Tanpa melalui pendidikan
manusia tidak mengetahui apa-apa. Dengan pendidikanlah manusia bisa mengetahui
tentang segala sesuatu terutama tentang kebesaran Allah SWT.
Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tuanya. Memberikan
pengertian pentinganya pendidikan merupakan keharusan orang tua tatkala proses
pendidikan dalam keluarga. Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua
didasarkan pada firman Allah SWT yang artinya :
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”
(QS. at-Tahriim: 06)
Pendidik dalam padangan Islam secara umum adalah mendidik, yaitu
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektifnya. Potensi ini harus
dikembangkan secara seimbang sampai ke tingkat setinggi mungkin, menurut ajaran
Islam.[7]
Maka inilah tugas orang tua tersebut berdasarkan firman Allah dalam surat
al-Tahriim ayat 06 tersebut di atas. Salah satu cara untuk menumbuhkembangkan
potensi yang dimiliki anak adalah melalui pendidikan. Disinilah pentingnya
pendidikan bagi umat manusia.
Dalam pandangan penulis, bahwa pada awalnya pendidikan merupakan murni
tugas kedua orang tua, sehingga kedua orang tua tidak perlu mengirim anaknya ke
sekolah, akan tetapi karena perkembangan ilmu pengetahun, keterampilan, sikap
serta kebutuhan hidup sudah semakin luas, dalam, dan rumit, maka orang tua
tidak mampu lagi melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Sekalipun
demikian, secara teoritis seharusnya rumah tangga dan sekolah tetap menyadari
sejarah pendidikan tersebut. Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga terhadap
perkembangan anak memang sangat besar, mendasar dan mendalam.
Marimba (1989: 19) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[8]
Dari pendapat Marimba tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa pentingnya
pendidikan adalah untuk menumbuhkembangan potensi jasmani dan rohani yang
dimiliki manusia demi terwujudnya manusia yang memiliki kepribadian-kepribadian
yang utama dalam istilah agamanya adalah Insan Kamil dan menjadi hamba Allah
SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam teori pendidikan lama, yang dikemukan oleh dunia Barat, dikatakan
bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme).
Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan
seseorang ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sedangkan Islam memandang
bahwa perkembangan seeorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya, hal
ini sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi:[9]
كُلُ مَولودٍ يولدُ على الفطرةِ فَاَبَوَاهُ يُهودانِه
او يُنصرَانِهِ أَويمجسانِهِ (البخار ومسلم(
Artinya:
“Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam analisis penulis, berdasarkan hadits Rasulullah saw tersebut,
bahwa sejak lahir manusia dalam keadaan fitrah atau telah membawa
kemampuan-kemampuan dasar atau dengan istilah sekarang disebut dengan potensi.
Fitrah atau kemampuan dasar tersebut harus ditumbuhkembangkan dengan baik
sesuai dengan fitrah dasarnya. Salah satu cara untuk menumbuhkembangn fitrah
atau potensi tersebut yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Sehingga
hadits tersebut menjelaskan begitu pentingnya pendidikan bagi manusia untuk
menumbuhkembangkan fitrah atau potensi yang dimilikinya yang telah dibawa sejak
manusia itu sendiri lahir. Walaupun tanpa pendidikan, fitrah atau potensi itu
bisa berkembang, namun perkembangannya tidak sesuai dengan nilai-nilai dari
ajaran Islam. Pendidikan mengarahkan bagaimana seharusnya fitrah atau potensi
itu harus diarahkan dan ditumbuhkembangkan.
Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan
dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang
belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik ahklak dan jiwa mereka,
menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang
tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas
dan jujur. Maka tujuan pokok pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan
pendidikan jiwa.[10]
Islam adalah agama ilmu dan cahaya, bukanlah suatu agama kebodohan dan
kegelapan. Wahyu yang pertama-tama diturunkan mengandung perintah membaca
kepada Rasulullah saw. Pengulangan atas perintah tersebut dan penyebutan
kembali mengenai masalah ilmu dan pendidikan itu, dapat kita rasakan
menghubungkan soal pendidikan dengan Tuhan dalam ayat:[11]
Artinya:
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (QS. al-‘Alaq: 1-5)
Ayat ini menjelaskan kepada kita untuk selalu membaca dan belajar.
Proses belajar dan mambaca hanya banyak dilakukan tetkala manusia melakukan
proses pendidikan. Sehingga dengan banyak membaca, manusia lebih dekat dengan
Allah SWT dan banyak mengetahui tentang ciptaan-Nya terutama tentang proses
penciptaan alam semesta ini. Pendidikan merupakan salah media yang paling utama
untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT karena inti pendidikan itu
adalah mendekatkan diri kepada-Nya. Namun, kebanyakan dari umat manusia tidak
mengetahu hakikat dari penting pendidikan itu, sehingga mereka sering
mengabaikan pendidikan pada anaknya.
Manusia sebagai mahluk biologis memiliki unsur mekanisme jasmani yang
membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriyah, misalnya sandang, pangan dan papan
dan kebutuhan biologisnya lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus dipenuhi
secara layak, dan salah satu di antara persiapan untuk memenuhinya yang layak
adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan
seseorang dapat bertambah dan dapat menentukan kualitas dan kuantitas kerjanya.[12]
Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri
sendiri, untuk itu individu perlu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan
berbagai hal, seperti komsep, prinsip, kreaktivitas, tanggung jawab, dan
keterampilan. Dengan kata lain perlu perlu mengalami perkembangan dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Demikian juga individu juga makhluk sosial
yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sesamanya. Objek sosial ini akan
berpengaruh terhadap perkembangan individu. Melalui pendidikan dapat
dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual
dan aspek social.[13]
Dalam analisis dan pengamatan penulis, pendidikan merupakan proses
dimana seseorang memperoleh pengetahuan (knowledge acquisition), mengembangkan
kemampuan/keterampilan (skills developments) sikap atau mengubah sikap
(attitute of change). Pendidikan adalah suatu proses transpormasi anak didik
agar mencapai hal-hal tertentu sebagai akibat dari proses pendidikan yang
diikutinya. Sebagai bagian dari masyarakat, pendidikan memiliki fungsi ganda,
yaitu fungsi sosial dan fungsi individual. Fungsi sosialnya untuk membantu
setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan
pengalaman kolektif masa lalu dan sekarang, sedangkan fungsi individualnya
untuk memungkin seseorang menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih
produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa depan. Fungsi tersebut
dapat dilakukan secara formal seperti yang terjadi di lembaga pendidikan,
maupun informal melalui berbagai kontak dengan media informasi seperti buku,
surat kabar, majalah. Tv, radio dan lain sebagainya.
Dari penjelasan di atas maka tujuan pendidikan dalam pandangan Islam
harus mampu menciptakan manusia yang berilmu pengetahuan yang tinggi, dimana
iman dan takwa menjadi menjadi pengendali dalam pengamalan ilmunya di
masyarakat. Manusia muslim yang dihasilkan oleh proses kependidikan Islam harus
mampu mencari cara-cara hidup yang dapat membawa kebahagian hidup di dunia
maupun di akhirat yang bercorak diri dan berderajat tinggi menurut ukuran Allah.[14]
Manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, untuk menjalankan
kepemimpinannya, manusia harus memiliki pengetahuan untuk membantu dirinya
dalam mengelola alam semesta ini. Hidup di dunia maupun bekal di akhirat nanti
harus berilmu, sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi:
مَن أَرَادَ الدنيَا فَعَلَيهِ بِالعِلم وَمَن أَرَادَ
الاخِرَةَ فَعليهَ بِالعلمَ وَمَن أَرَادَهُما فَعليهَ بالعلمِ
Artinya:
“Barangsiapa
yang menginginkan (kebahagian) hidup di dunia maka hendaklah ia berilmu, dan
barangsiapa yang meninginkan (kebahagian) hidup di akhirat maka hendaklah ia
berilmu, dan barangsiapa yang menhendaki kedua-keduanya maka hendaklah ia
berilmu”.
Hadits tersebut memberikan pembelajaran kepada kita umat Islam agar
memiliki ilmu pengetahuan baik ilmu pengatahuan agama maupun ilmu pengetahuan
umum. Hadits Rasulullah saw tersebut, dalam pandangan penulis menjelaskan
tentang pentingnya pendidikan bagi umat manusia. Ilmu pengetahuan merupakan
bekal kita untuk hidup di dunia dan akhirat. Tujuan dari proses pendidikan
adalah untuk kesempurnaan dan kemulian manusia itu sendiri.
Dihadapan Allah, orang yang menuntut ilmu sangat mulia. Apabila para
pencari ilmu meninggal ketika dalam proses
pendidikan atau pencaraian ilmu, mereka adalah mati dalam keadaan
syahid. Begitu mulianya orang memiliki ilmu dihadapan Allah SWT yang pemberi
ilmu. Orang tua memilik peran yang penting untuk memahamkan pentingnya
pendidikan demi kelangsungan hidup manusia.
Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat
pendidikan yang meliputi beberapa aspek, misalnya tentang pertama, tujuan dan
tugas hidup manusia. Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Ia
diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas tertentu. Tujuan diciptakan manusia
adalah hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.[15]
Tujuan manusia agar menuntut ilmu agar hidupnya melia dan mendapat
derajat yang tinggi disisi Allah SWT, sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahu apa yang kamu kerjakan”. (QS.
al-Mujadalah: 11)
Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan kristalisasi
nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Dalam ayat
tersebut, Allah meninggi derajat orang yang berilmu dari yang lainnya. Mereka
memiliki kemulian disisi Allah SWT. Tujuan akhir dari pentingnay pendidikan
harus lengkap mencakup semua aspek, serta terintegrasi dalam pola kepribadain
ideal yang bulat dan utuh. Tujuan akhir mengandung nilai-nilai Islami dalam
segala aspeknya. Dari semua penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
pendidikan adalah sebagai alat untuk memilihara, memperluas dan menghubungkan
tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide
masyarakat dan bangsa. Pendidikan juga sebagai alat untuk mengadakan perubahan,
inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya memalui pengetahuan dan
skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif
untuk menemukan keseimbangan perubahan sosial dan ekonomi. Namun dalam
pandangan Imam al-Ghazali, tujuan akhir pendidikan adalah berahklak mulia dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT, itulah tujuan terpenting dari pentingnya
pendidikan itu dilakukan.
C.
KESIMPULAN
Pendidikan dalam pandangan Islam yang sebenarnya adalah suatu sistem
pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan hidupnya sesuai dengan
ajaran Islam. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengubah tingkah laku
individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Prinsip ini
adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi berbagai
kebutuhan individu dan komunitas, serta tuntutan pemiliharaan kebudayaan silam
dengan kebutuhan kebudayaan masa kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah
yang sedang dan yang akan dihadapi. Dari penjelasan di atas dapat penulis
simpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah:
v Mendidik akhlak dan jiwa manusia, menanamkan nilai-nilai
keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi.
v Menjadi manusia yang hidup mulia dan bahagia dunia dan akhirat
v Menjadi hamba Allah SWT yang selalu mendekatkan diri kepada-Nya.
Karena manusia diciptakan sebagai khalifah dan mengabdi kepada-Nya.
v Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara
kita dan orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
v Serta mampu menjalankan hidupnya sebagai khalifah Allah di muka
bumi dengan memiliki pengetahuan baik pengatahuan agama maupun pengetahuan
umum.
[1]
Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Askara, 2008,
hlm. 10
[2]
Prof. Dr. Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an, Malang: Aditya
Media & UIN Malang Press, 2004, hlm. 7
[3]
Prof. Dr. Veithzal Rivai, Dr. Sylviana Murni, Education Management, Analisis
Teori dan Praktik, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hlm. 1
[4]
HM. Djumransjah, Abdul Malik Karim Amrullah, Pendidikan Islam, Malang:
UIN-Malang Press, 2007, hlm. 12
[5]
Fathiyyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan al-Ghazaly, Jakarta: P3M, 1986,
hlm. 19
[6]
HM. Djumransjah, ibid, hlm. 17
[7]
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 74
[8]
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, ibid, hlm. 24
[9]
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Op.cit. hlm. 34
[10]
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Media
Surya Grafindo, 1987, hlm. 1
[11]
Ibid, hlm. 33
[12]
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2006, hlm. 138
[13]
Dr. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008, hlm. 5
[14]
Lihat HM. Djumransjah….hlm. 71
[15]
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2006, hlm.
0 comments :
Post a Comment